Minggu, 20 April 2014

Perkembangan Kognitif Siswa Menurut Jean Piaget serta Petunjuk Cara Mengajar



Tujuan :


Diharapkan setelah membaca pokok bahasan tentang perkembanangan kognitif serta penerapannya, maka ;
Kognitif
  • Pembaca mampu memberikan contoh tentang tahap perkembangan kognitif (C2)
  • Pembaca mampu merancang suatu Rencana Pelaksanaan Pendidikan (RPP) berdasarkan materi yang dibahas (C5)
  • Pembaca mampu membuktikan hasil rancangan RPP (C6)
Afektif
  • Pembaca mampu mempraktekan sesuai dengan teori yang dibahas kepada anak didiknya (A5)
Psikomotorik
  • Pembaca mampu membuat sebuah Rencana Pelaksanaan Pendidikan (RPP) yang sesuai (P3)

 
 
Gambar 1 : Sketsa wajah Jean Piaget
 
Jean Piaget (1896-1980), biologi dan epistemologis berkebangsaan Swiss, membuat studi-studi observasi intensif mengenai anak-anak. Beliau menyimpulkan bahwa alasan anak-anak berbeda dengan orang dewasa bahkan mereka memiliki persepsi yang berbeda tentang dunia. Piaget menduga bahwa anak-anak belajar melalui interaksi aktif denagan lingkungan mereka, seperti juga para saintis, dan menyarankan bahan sebuah pemikiran anak berproses melalui sebuah sekuens dari empat tingkatan kognitif, antara lain :
 

Tahap Inteligensia Sensiromotor (lahir sampai 2 tahun) 


Gambar 2 : Bayi ini berperilaku kebanyakan sensorik dan motorik.
Pada bulan-bulan pertama anak belum mampu bergerak dalam ruangan, ia lebih mendapatkan pengalaman dari tubuh dan inderanya sendiri dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi atas rangsang-rangsang yang diterimanya dalam bentuk refleks (misalnya refleks mengenyot puting susu ibu, refleks menangis, dan lain-lain). Refleks-refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih misalnya berjalan, anak-anak belajar mengenai tangannya dengan menjabat tangan dan menghisapnya, kemudian mereka belajar mengenai benda dengan mengikuti atau menendangnya. Anak belum “berpikir” secara konseptual; namun demikian, perkembangan “kognitif dapat diobservasi.

Tahap Pemikiran Pra-Operasional (2-7 tahun)

 
Gambar 3 : Anak ini sudah mulai mengenal lingkungannya dan simbol-simbol untuk merepresentasikan dunianya.
Proses berfikir anak berpusat pada penguasaan-penguasaan simbolik (misalnya, katak-ata) yang mampu mengungkapkan pengalaman masa lalu. Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasi dunia (lingkungan) secara kognitif. Simbol-simbol itu seperti : kata-kata dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak). Terbukti bahwa perkembangan bahasa dan perkembangan konseptual berjalan cepat. Anak-anak mulai mengunakan simbol-simbol untuk memikirkan objek-objek dan orang di luar lingkungan terdekatnya. Permainan fantasi dan imajinatif menjadi model-model alami dari proses berpikir. Maksudnya anak tersebut belum bisa memahami pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangannya sendiri. Anak masih belum menerima pandangan orang lain.

Mengajar Anak di Tingkatan Pra-operasional


1.      Kapan pun, gunakan properti dan alat bantu visual konkret.

2.      Buat instruksi yang relatif pendek, gunakan tindakan seperti juga kata-kata.

3.      Jangan berharap murid-murid akan konsisten pada kemampuannya melihat dunia lewat cara pandang orang lain.

4.      Bangun kepekaan pada kemungkinan bahwa murid-murid akan memiliki makna yang lain untuk kata-kata yang sama. Murid-murid juga berharap orang-rang mengerti akan kata yang baru mereka temukan.

5.      Berilah anak banyak latihan dengan kemampuan-kemampuan yang menjadi pondasi bagi kemampuan lain yang lebih rumit seperti pemahaman bacaan.

6.      Sediakan pengalaman yang luas dalam rangka membangun sebuah landasan untuk pembelajaran konsep dan bahasa.
 

Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)




Gambar 4 : Anak ini sudah dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Anak-anak mengembangkan kemampuan untuk menggunakan pemikiran logis untuk memecahkan masalah-masalah konkret. Konsep-konsep dasar dari objek, angka, waktu ruang dan kausalitas dieksplorasi dan dikuasai. Melalui penggunakan objek-objek konkret untuk memanipulasi, anak-anak mampu menggambarkan kesimpulan. Pada tahapan ini anak mulai mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan conservasi perceptual contration dan egocentrism namun masih dalam masalah yang bersifat konkret, belum yang bersifat abstrak.

Mengajar Anak di Tingkatan Operasional Konkret


1.      Lanjutkan dengan menggunakan properti dan alat bantu visual konkret, terutama ketika berkenaan dengan bahan yang kompleks.

2.      Lanjutkan memberikan murid-murid kesempatan untuk memanipulasi dan menguji objek-objek.

3.      Pastikan presentasi dan dan membaca menjadi detil dan teroganisir dengan baik.

4.      Gunakan contoh-contoh familiar untuk menjelaskan gagasan yang lebih rumit.

5.      Beri kesempatan untuk mengklasifikasi dan mengelompokkan objek-objek dan gagasan dalam tingkatan yang secara bertahap menjadi rumit.

6.      Tampilkan masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran logis dan analisis.
 

Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)

 
 
Gambar 5 : Pada tahap ini kemampuan kognitf sudah mencapai tingkatan tertinggi

Kemampuan kognitif menjangkau tingkatan tertinggi perkembangan mereka. Anak-anak dapat membuat perkiraan, berpikir tentang situasi hipotesis, berpikirtentang proses berpikir, serta menghargai struktur bahasa seperti juga menggunakannya dalam berkomunikasi. Sarkasme, hinaan, argumentasi dan bahasa slang menjadi aspek dari percakapan remaja yang merefleksikan kemampuan mereka berpikir abstrak tentang bahasa.

Mengajar Anak di Tingkatan Operasional Formal


1.      Lanjutkan menggunakan strategi-strategi dan bahan dari pengajaran operasional konkret.

2.      Beri murid-murid kesempatan untuk memecahkan masalah dan membuat alasan secara saintifik.

3.      Kapan pun memungkinkan, ajarkan konsep-konsep yang luas, tidak sekadar fakta, menggunakan bahan dan gagasan yang relevan dengan kehidupan murid-murid.
 

Ayat Al-Qur’an yang Berhubungan dengan Perkembangan Kognitif

Islam memberikan kedudukan yang sangat tinggi berupa pikiran dan akal yang hanya dimiliki oleh manusia, dan manusia adalah ciptaan Allah yang paling baik. Allah memerintahkan manusia untuk menggunakan pikiran dan akalnya dengan sebaik-baiknya.
Perhatikan ayat-ayat berikut :


 
 
Artinya : “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Qs. An-Nahl/16 : 11)

 
Artinya : “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)” (Qs. An-Nahl/16 : 12)
Kedua ayat tersebut menegaskan kekuasaan Allah, memperjelas pada manusia bahwa kenyataan-kenyataan empiris dalam alam ini seharusnya menjadi sarananya untuk manusia memanfaatkan dan menggunakan fikir dan akalnya, sehingga terlatih daya fikirnya, dan dengan demikian mampu membina  ilmu pengetahuan. Ayat-ayat Allah adalah kenyataan-kenyataan alami yang berlangsung menurut sunnahnya dan ayat-ayat ini berfungsi dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir manusia, dan lebih lanjut akan mampu mengembangkan teori dan ilmu pengetahuan.


Berdasarkan materi yang telah dijabarkan diatas, berikut adalah tujuan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) menurut Teori Perkembangan Kognitif Jeanne Piaget.
 

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

 
Mata Pelajaran       : FISIKA
Kelas / usia              : VIII / 14 tahun
Materi Pokok          : GAYA

Tujuan :
Kognitif
1. Siswa mampu memberikan contoh tentang gaya pada suatu objek (C2)
2. Siswa mampu memperhitungkan besar suatu gaya (C3)
Afektif
1. Siswa mampu menunjukan kerja suatu gaya (A3)
Psikomotorik
1. Siswa mampu mempraktekan suatu gaya terhadap objek (P3)


 Daftar Pustaka

           Ellis, Jeanne Om., Psikologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga, 2008    
           Hardcastle, Beverly.dkk., Menjadi Seorang Guru. Jakarta : Indeks, 2008