Senin, 06 Juni 2016

Nuklir Untuk Kesejahteraan

Kunjungan Ke BATAN Serpong

Serpong, 3 Mei 2016. Kami mahasiswa Fisika semester 6 Program Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah melaksanakan kunjungan ke Kawasan Srategis Nuklir (KSN) di Komplek Puspiptek, Gedung No. 31 Serpong Tangerang Selatan Banten. Saat pertama tiba kami diarahkan oleh tim keamanan untuk tidak membawa tas dan barang-barang elektronik, hanya membawa alat tulis. Yang mana Penjagaan dan pengawasan ketat dilaksanakan Untuk menghindari dan mencegah kelalaian manusia. lalu kami diarahkan menuju aula utama. Disana kami medapatkan beberapa informasi mengenai BATAN. Diantaranya, pertama prosedur menyelamatkan diri apabila terjadi hal-hal yang tidak diiinginkan, sejarah perkembangan BATAN, dan jenis-jenis Reaktor.
Kepala BATAN dalam pernyataan kebijakan keselamatan BATAN menyebutkan bahwa keselamatan adalah prioritas utama pada seluruh kegiatan sehingga mencapai nihil kecelakaan.Untuk mengupayakan hal tersebut Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir sudah mengimplementasikan dan mendapat sertifikat untuk persyaratan standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai SB 006.OHSAS 18001:2008 / OHSAS 18001 :  sejak Februari 2013.   Penerapan standar SMK3 ini sebagai jaminan keselamatan,   keamanan dan kesehatan kerja baik bagi pekerja, fasilitas, masyarakat dan lingkungan dalam melaksanakan kegiatan di instalasi IEBE dan IRM.
Foto bersama dengan pemandu PTBBN, dihalaman gedung instalasi Radiometalurgi gedung 20 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir.

Jenis-Jenis Reaktor Nuklir

Reaktor nuklir adalah termpat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir) atau dikenal dengan reaksi fisi berantai yang terkendali. Bagian utam dari reactor nuklir adalah: elemen bakar perisai, moderator dan elemen kendali. Reaksi fisi beranti terjadi inti dari suatu dapat dibelah (U-235, U-233, dan Pu-239) bereaksi dengan neutron termal/lambat yang akan menghasilkan unsur-unsur lain dengan cepat serta menimbulkan energi panas dan neutron-neutron baru.
Reaktor Nuklir berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi 2 (dua):

1.    Reactor Penelitian

Sesuai namanya reaktor penelitian dikhususkan untuk kepentingan penelitian. Neutron yang dihasilkan oleh reactor ini biasanya digunakan untuk uji tak merusak, analisis dan uji material, produksi isotop, penelitian lainnya, edukasi public serta pendidikan dan pelatihan. Reactor rist yang mengasilkan radioisotope untuk industry maupun bidang kesehatan disebut juga reactor isotop.
Reaktor penelitian lebih sederhana dibandingkan dengan reactor daya, serta beroperasi pada daya yang jauh lebih rendah. Reactor ini membutuhkan bahan bakar serta produk fisi yang lebih sedikt. Biasanya bahan bakar yang digunakan adlaah uranium dengan tingkat pengayaan lebih tinggi, bisa mencapai 20% U-235.
Panas yang dihasilkan reactor penelitian dirancang sekecil mungkin sehingga dapat dibuang ke lingkungan. Di Indonesia saat ini terdapat 3 reaktor Penelitian, Reaktor Triga 2000 di Bandung dengan daya maksimal 2 MW termal, Reaktor kartini di Yogyakarta dengan daya maksimal 100 KW dan Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy di Serpong dengan daya maksimal 30 M termal.
Reaktor Serba Guna Siwabessy didesain dan dibangun oleh Inter atom GMBH dari Republik Federasi jerman. Bangunan sipil dan prasarana fisik dikerjakan oleh kontraktor dalam negeri. Pembangunan reaktor serba guna berlangsung sekitar empat tahun, yaitu sejak tahap ekskavasi gedung pada bulan Mei 1983 sampai dengan reaktor kritis pada bulan Juli 1987. Akhirnya pada bulan Maret 1992 berhasil dicapai operasi reaktor pada daya penuh 30 MW.

Reaktor Serbaguna GA Siwabessy
Dalam operasionalnya sehari-hari RSG GA Siwabessy dijalankan dengan besar kapasitas 15 Mw untuk efisiensi. kapasitas itu sudah cukup untuk kegiatan penelitian, produksi isotop untuk bidang industri hingga kesehatan, tes maupun uji material, percobaan ilmu pengetahuan, dan lainnya.
Dijalankan sepenuhnya oleh tenaga ahli Indonesia, reaktor- reaktor BATAN telah berfungsi selama puluhan tahun dengan aman dan selamat tanpa mengalami insiden. Proses pengamanan di reaktor memakai sistem keselamatan berlapis untuk meminimalisir dampak kerusakan ke manusia dan lingkungan sekitar.

1.    Reactor Daya (Pembangkit Lstrik Tenaga Nuklir)

Berbeda dengan reactor oenelitian yang membuang panasnya. Pada reactor daya, panas bersuhu dan bertekanan tinggi yang dihasilkan dari reaksi fisi dimanfaatkan untuk menghasilkan uap dan memutar turbin, sedangkan neutron yang dihasilkan sebagian diserap dengan elemen kendali dan sebagian lagi diubah menjadi neutron lambat untuk berlangsungya reaksi berantai. Reaksi fisi berantai terjadi jika meutron termal menembak U-235 lainnya secara terus menerus. Untuk mengubah neutron cepat menjadi neutron termal diperlukan moderator, tumbukan neutron dengan moderator akan memperlambat kecepatan neutron. Bahan yang umum digunakana sebagai moderator adalah air (H2O) air berat (D2O) dan grafit.
Setelah panas dari reactor digunakan untuk menghasilkan uap dan memutar turbin maka proses yang terjadi selanjutna sama dengan pembangkit lainnya.

Reaktor Daya Eksperimental (RDE)

RDE atau reaktor daya eksperimental adalah reaktor nuklir yang dapat digunakan untuk pembangkit listrik, pembangkit panas dan untuk memproduksi hidrogen. Karena sifatnya yang eksperimental maka pengoperasian reaktor nuklir tersebut lebih banyak untuk tujuan percobaan dalam meningkatkan penguasaan teknologi. Penguasaan teknologi reaktor untuk ketiga hal tersebut sangat penting mengingat Bangsa Indonesia masih kekurangan listrik, pupuk dan banyak industri yang membutuhkan energi panas untuk berbagai proses industri. Produksi hidrogen dari RDE dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pupuk tanaman yang sampai saat ini masih sangat dibutuhkan dalam peningkatan produktivitas pertanian, sedangkan energi panas sisa dari pembangkitan listriknya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan proses industri.

Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir

Setelah selesai acara pembukaan di Aula, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelas Fisika 6A mengunjungi reactor serba guna GA Siwabessy dan Sebanyak 35 orang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yaitu dari kelas Fisika 6B mengunjungi fasilitas instalasi Radiometalurgi gedung 20 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Kunjungan diterima oleh Bapak Helmi Fauzi R, S.ST, Maman Kartaman A, MT dan  Ibu Mu'nisatun Sholikhah, S.ST sebagai Petugas Layanan Informasi (PLI).
Instalasi Radiometalurgi gedung 20 Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir

Kami langsung diantar untuk mengunjungi Hotcell 101 sampai 103 disini pengunjung dijelaskan tentang Transfer Bahan Bakar dari Gedung 65  Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE)-PTBBN dan Uji Tak Merusak oleh Bapak Bapak Helmi Fauzi, ST.
Hotcell 101-103
lalu pengunjung diantar ke Hotcell 104 sampai 107 untuk mengetahui pekerjaan Uji Metalografi yang dijelaskan oleh Bapak Maman Kartaman A, MT  dan terakhir pengunjung diantar ke Hotcell 108 dan 109 yang merupakan ruang laboratorium kimia untuk pekerjaan uji pasca iradiasi dan di Hotcell 137 dan 133 laboratorium untuk uji Pra Iradiasi, di Hotcell 112 pengunjung dijelaskan tentang cara kerja tangan manipulator yang merupakan tangan robot untuk mengerjaan preparasi sem dan tem. Pengunjung langsung berinteraksi dengan pemandu Bapak Helmi Fauzi R, S.ST,  dan Bapak Maman Kartaman A, MT.
Instalasi Elemen Bakar Eksperimental

Instalasi Radio Metalurgi

Fasilitas PTBBN

Fasilitas yang dimiliki dalam mendukung tugas dan fungsi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir meliputi Instalasi Elemen Bakar Eksperimental  (IEBE) dan Instalasi Radio Metalurgi (IRM), yang terdiri dari :
  • Laboratorium produksi bahan bakar nuklir,
  • Laboratorium uji bahan dan bahan bakar nuklir pasca iradiasi,
  • Laboratorium pengujian bahan dan produk pra iradiasi,
  • Instalasi tata udara dan ventilasi,
  • Instalasi pasokan energi dan media,
  • Fasilitas keselamatan umum dan keselamatan radiasi, dan
  • Fasilitas bengkel mekanik



Minggu, 29 Juni 2014

Aplikasi Teori Psikologi Kognitif dan Konstruktivisme

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Satuan Pendidikan       : SMA Sakura
Mata Pelajaran             : FISIKA
Kelas/Semester              : X / Ganjil
Peminatan                     : MIPA
Materi                           : Pengukuran Besaran Fisika
Alokasi Waktu              : 2 x 3 JP

A.     KOMPETENSI INTI

1.   Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(Berdasarkan teori belajar dalam konsep islam. Belajar dan mengajar dalam islam adalah mengubah perilaku, mendidik jiwa dan membina kepribadian manusia)
2.   Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
(Berdasarkan teori perkembangan konsep diri dan emosi. Membentuk pola-pola kepribadian yang menjadi landasan bagi perwujudannya di lingkungan kehidupan dan reaksinya terhadap rangsangan dari lingkungan maupun dalam diri individu)
3.   Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
(Berdasarkan teori perkembangan kognitif, mengenai gejala bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan atau untuk menggunakan pengetahuan)
4.   Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
(Berdasarkan teori perkembangan psikomotorik, berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik)

B.     KOMPETENSI DASAR

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad  raya  terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
(Berdasarkan teori belajar dalam konsep islam)
2.1  Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;  kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.
(Berdasarkan teori perkembangan konsep diri dan emosi)
3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian, dan aturan angka penting)
      (Berdasarkan teori perkembangan kognitif)
4.1  Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk  penyelidikan ilmiah
(Berdasarkan teori perkembangan psikomotorik)

INDIKATOR
  • Memilih instrumen secara tepat serta melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang dengan mempertimbangkan aspek ketelitian (akurasi), kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi (presisi) dan kepekaan (sensitivitas).
  • Menerangkan pentingnya ketelitian dan ketepatan dalam pengukuran
  • Menentukan ketelitian alat ukur  (mistar, jangka sorong, mikrometer)
  • Menunjukan cara menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer
  • Membuat laporan tertulis hasil praktikum
  • Mepresentasikan hasil pengukuran

C.     TUJUAN PEMBELAJARAN

Kognitif

(saya merumuskan tujuan kognitif ini berdasarkan teori perkembangan kognitif (Jean Piaget), yang mana siswa berada pada tahap Operasional Formal karena sudah menginjak usia 15 tahun. Pada tahap ini siswa sudah mempunyai tiga kemampuan operasional formal, seperti penalaran logis diterapkan ke ide-ide abstrak dan juga objek-objek konkret, penyususan dan pengujian hipotesis, serta pemisahan dan pengendalian variabel)
  • Siswa mampu memperkirakan instrumen secara tepat dalam melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang dengan mempertimbangkan aspek ketelitian (akurasi), kesalahan matematis yang memerlukan kalibrasi (presisi) dan kepekaan (sensitivitas);
  • Siswa mampu menerangkan pentingnya ketelitian dan ketepatan dalam pengukuran berdasarka hasil diskusi dengan kelompok
  • Siswa mampu menentukan ketelitian alat ukur besaran panjang (mistar, jangka sorong, mikrometer)
  • ·        Siswa mampu menunjukan cara pengkuran besaran panjang suatu benda menggunakanan alat ukur secara tepat (mistar, jangka sorong, mikrometer)
  • (saya merumuskan tujuan ini berdasarkan teori psikologi kognitif dan kontruktivisme. Saya memberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen. Karena melalui interaksi dan uji-coba dengan objek-objek disekitar mereka, siswa dapat menemukan dari dekat beberapa karakteristik  dan prinsip dunia (Fosnot, 1996))

Afektif

(saya merumuskan tujuan afektif ini berdasarkan teori perkembangan konsep diri dan emosi. Berdasarkan tahap-tahap perkembangan konsep diri Erikson, siswa saat ini sudah berada pada tahap masa remaja akhir. Menurut Erik Erikson, pada masa ini siswa sudah melampaui masa-masa pubertas yang syarat kebingungan dan naik-turunnya emosi dan juga telah melampaui pengalaman bersekolah yang tidak selalu menyenangkan. Sehingga mampu menikmati konsep diri dan kesehatan mental yang positif. Meski demikian, mereka semakin memikirkan berbagai karakteristik dan keterampilannya dan mulai bergulat dengan ketidakkonsistenan dalam persepsi diri mereka. Kemudian perkembangan emosi siswa berada pada tahap perkembangan akhir. Pada tahap ini siswa akan mencapai kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya sehubungan dengan apa yang terjadi pada dirinya)
  • Siswa mampu memilih alat ukut yang tepat dalam melakukan pengukuran
  • Siswa mampu menggabungkan diri dalam kelompok saat melakukan praktikum pengukuran
(berdasarkan tahap-tahap perkembangan Erikson, kebanyakan remaja akhir mulai membentuk suatu identitas umum dan memahami bagaimana dirinya, serta segala macam fakta tentang dirinya. Lalu remaja ini sudah mampu memngendalikan emosinya.)
  • Siswa mampu mempraktekan cara menggunakan alat dengan baik
  • Siswa mampu memperlihatkan hasil praktikum dalam laporan tertulis

Psikomotorik

(saya merumuskan tujuan psikomotorik ini berdasarkan teori perkembangn psikomotorik. Siswa saat ini berada pada tahap otonomi. Pada tahap ini siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi, proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat memperbaiki geraka-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Oleh karenanya gerakan yang dilakukan juga tidak menharuskan pembelajaran untuk memikirkan tentang gereakannya.)
  • Siswa mampu mengoperasikan alat ukur yang digunakan dalam pengukuran
  • Siswa mampu menpersiapkan presentasi hasil pengukuran dengan kreativitas masing-masing.
(berdasarka teori perkembangan psikomotorik. Disisi akan terjadi empat tahapan perkembangan kreativitas menurut Wallas (1921). Tahap pertama, tahap persiapan-merupakan tahap awal yang berisi kegiatan pengenalan masalah, pengumpulan data informasi dan hipotesis dengan kaidah-kaidah yang ada. Tahap kedua, tahap pematangan, tahap menjelaskan, membatasi, membandingkan masalah. Tahap ketiga, tahap pemahaman, merupakan tahap mencari kunci pemecahan, menghimpun informasi dari luar untuk dianalisis, kemudian merumuskan beberapa keputusan. Tahap keempat, tahap pengetesan, merupakan tahap mentes dan membuktikan hipotesis pakah keputusan yang diambil itu tepat atau tidak.)

D.     MATERI AJAR
Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan anggota tubuhnya untuk mengukur besaran panjang. Misalnya, bangsa Mesir Kuno mendefinisikan standar besaran panjang sebagai jarak dari siku sampai ke ujung jari yang disebut cubit atau hasta. Bangsa Eropa menggunakan standar besaran panjang sebagai jarak dari ujung ibu jari kaki sampai ke pangkal kaki yang disebut kaki (foot). Di Indonesia untuk mengukur besaran panjang biasa menggunakan satuan jengkal, hasta, atau depa. Dapatkah anggota tubuh dijadikan sebagai standar ukuran besaran panjang?

·      Tabel Alat Ukur Panjang
Mistar / Penggaris
Jangka Sorong
Mikrometer sekrup

·      Digunakan untuk mengukur panjang benda
·      Skala terkecil adalah 1 mm atau 0,1 cm
·      Ketelitiannya adalah setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm atau 0,005 cm

·      Digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam serta mengukur kedalaman.
·      Skala terkecil 0,1 mm atau 0,01 cm
·      Ketelitiannya 0,05 mm atau 0,005 cm

·        Digunakan untuk mengukur tebal atau diameter benda
·        Skala terkecil 0,01 mm atau 0,001 cm
·        Ketelitiannya 0,005 mm atau 0,0005 cm

E.     METODE PEMBELAJARAN
1.   Model Pembelajaran                : Problem-Based Learning (PBL)
2.   Pendekatan pembelajaran                  : Pendekatan saintifik (scientific).
3.   Metode Pembelajaran             :
·        Penemuan terbimbing
·        Pemecahan Masalah dalam kelompok
·        Diskusi dengan teman
·        Tanya- jawab
·        Tugas

F.      LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
Kegiatan
Rincian Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
·      Mengucapkan salam dan berdoa bersama
(berdasarkan teori perkembangan nilai, moral dan sikap. Nilai Agama ditekankan pada kegiatan ini, yaitu suatu nilai yang mendasari perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang benar menurut ajaran agama.)
·      Mengecek kehadiran siswa
·      Menyampaikan tujuan pembelajaran
(perlu adanya penyampaian tujuan pembelajaran agar siswa dapat mengetahui apa yang akan ia pelajari dan akan menimbulkan rasa ingin tahu.)
·      Memberikan motivasi dan mempersiapkan siswa secara fisik dan phsikis untuk menerima pelajaran
(menggunaka teknik-tekni motivasi dalam pembelajaran berdasarkan teori motivasi. Seperti, menimbulkan rasa ingin tahu, menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar, menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, mengunakan simulasi permainan. Hal-hal tersebut juga dapat digunakan untuk mengatasi kejenuhan dalam pembelajaran, sesuai dengan teori cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar)
·      Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses pembelajaran berlangsung.
·    Apersepsi
1.  Sebutkan jenis – jenis alat ukur?
2.  Bagaimana cara mendapatkan hasil pengukuran yang tepat?
3.  Dapatkah kita megukur volume benda yang berbentuk tidak teratur?
4.  Apa yang dimaksud dengan pengukuran?
5.  Bagaimana cara mengetuhui volume benda yang berbentuk tidak teratur?
·     Guru meminta siswa untuk berkelompok yang terdiri dari 4 orang siswa

15’
Kegiatan Inti
Mengamati
·      Peserta didik menyimak penjelasan guru mengenai bagian – bagian penggaris, jangka sorong dan mikrometer sekrup serta menjawab pertanyaan mengenai bagian – bagian dari masing-masing alat ukur tersebut
·      Peserta didik mengamati demontrasi langkah-langkah penggunaan alat ukur, pengukuran suatu objek, cara membaca skala, menentukan nilai, dan membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup
Guru menilai keterampilan peserta didik mengamati

Menanya
·     Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan cara penggunaan penggaris, jangka sorong dan mikrometer sekrup serta menentukan skala terkecil dan ketelitian masing – masing alat ukur.

Mencoba
·     Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup
·     Salah satu anggota kelompok diminta untuk melakukan demonstrasi pengukuran panjang dan diameter pensil serta tebal buku pelajaran fisika
·     Peserta didik mencermati demonstrasi percobaan. Anggota kelompok yang lain mencatat hasil pengukuran dari masing-masing alat ukur
·     Peserta didik dalam kelompok mendiskusikan cara melaporkan/menuliskan hasil pengukuran
·     Masing-masing kelompok diberikan Lembar Diskusi Kelompok yang berisi permasalahan yang harus diselesaikan
Guru menilai sikap peserta didik dalam kerja kelompok dan membimbing/menilai menilai keterampilan mencoba, menggunakan alat, dan mengolah data, serta menilai kemampuan peserta didik menerapkan konsep dan prinsip dalam pemecahan masalah
(berdasarkan teori perkembangan nilai, moral dan sikap. Disini sikap dan moral siswa lebih diamati oleh guru. Dimana sikap adalah kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek atau persoalan tertentu. Sedangkan moral merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil dan seimbang.)

Mengasosiasi
·      Peserta didik menyimpulkan hubungan antara skala terkecil masing – masing alat ukur dan ketelitian yang dimiliki oleh masing – masing alat ukur
·      Masing-masing kelompok berdiskusi mengolah data hasil pengukuran panjang dan diameter pensil serta tebal buku pelajaran fisika
·      Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakpastian dalam pengukuran cara mengurangi kesalahan dalam pengukuran
·      Mendorong siswa agar bekerja sama dalam kelompok.
Guru membimbing/menilai kemampuan peserta didik mengolah data dan merumuskan kesimpulan

Mengkomunikasikan
·     Perwakilan dari dua kelompok menyampaikan hasil hitungan dan kesimpulan diskusi
·     Kelompok lain menanggapi dan bersama-sama mendiskusikan pemecahan masalah
Guru menilai kemampuan peserta didik berkomunikasi lisan

(pada kegiatan inti ini guru mengamati siswa dari hal sikap, minat dan juga bakatnya. Untuk mengamati bakat siswa guru dapat menggunakan teori perkembangan bakat Multiple Intelligence. Guru dapat mengetahui apakah siswa tersebut berbakat pada akademik, seni, psikomotorik, kreatif, atau sosial.)

60’
Penutup
·     Bersama peserta didik menyimpulkan kegunaan, skala terkecil, dan ketelitian masing – masing alat ukur
·     Melaksanakan postes
·     Peserta didik mengaplikasikan pembelajaran pengukuran dalam kehidupan sehari-hari.
(hal ini dilakukan agar tidak terjadi lupa, sesuai dengan teori cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar)

15’

G.    PENILAIAN
1.   Mekanisme dan prosedur
Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi kerja kelompok. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.
2.   Aspek dan Instrumen penilaian
Instrumen observasi menggunakan lembar pengamatan dengan fokus utama pada aktivitas dalam kelompok, tanggungjawab, dan kerjasama. Instrumen tes menggunakan tes tertulis uraian dan/atau pilihan ganda
3.   Contoh Instrumen (Terlampir)
                                                          



Mengetahui,                                                Tangerang Selatan, Juli 2013
Kepala SMA Sakura                                            Guru Mata Pelajaran




Drs. Zaid Raharjo, M.Pd                                      Yuli Rahmah, S.TP
NIP:                                                            NIP:


 

H. INSTRUMEN PENILAIAN

POSTEST
1.  berapakah hasil pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong untuk pengukuran diameter kelereng?
2.  Berapakah hasil pengukuran panjang dengan menggunakan mikrometer sekrup untuk pengukuran ketebalan buku!

Pedoman penilaian :
Nomor 1 skor maksimum    = 5
Nomor 2 skor maksimum    = 5
Skor maksimum 10
Nilai kognitif                       = (jumlah skor diperoleh/ skor maksimum) x 100%
Nilai kognitif >- 75 dinyatakan tuntas

LEMBAR AKTIVITAS SISWA

  • Nama anggota kelompok :

 

  • Tujuan
a.   Memilih macam – macam alat ukur panjang yang akan digunakan
b.  Menentukan skala terkecil dan ketelitian alat ukur panjang
c.   Mempraktekan cara menggunakan alat
d. Menyusun data hasil pengukuran
  • Alat dan Bahan
1.  Penggaris                                            4. Buku Pelajaran FISIKA
2.  Jangka Sorong                                    5. Pensil
3.  Mikrometer Sekrup                             6. Meja Siswa

  • Kegiatan 1
1.     Ukurlah panjang meja dengan menggunakan tangan! Berapa jengkal panjang meja?
2.     Ukurlah panjang meja dengan menggunakan tangan temanmu! Berapa jengkal panjang meja?
3.     Ukurlah panjang meja dengan menggunakan mistar! Berapa centimeter panjang meja?
4.     Ukurlah panjang meja dengan menggunakan mistar temanmu! Berapa centimeter panjang meja?
5.     Apa yang dapat Anda simpulkan dari kegiatan yang baru saja anda lakukan? Jelaskan!
  • Kegiatan 2
Isilah tabel berikut dengan mengamati skala pada beberapa alat-alat ukur panjang. Tentukan nilai skala terkecilnya (nst) serta ketidakpastiannya.

No
Alat ukur panjang
Nst
ketidakpastian
1



2



3



  •  Kegiatan 3
1.     Ukurlah panjang dan lebar benda – benda di sekitarmu (misalnya, tebal buku, panjang penghapus, diameter pulpen/pensil) dengan menggunakan jangka sorong
2.     Tuliskan hasil pengukuranmu sesuai aturan angka penting pada tabel di bawah.
3.       Tentukan berapa angka penting dari setiap hasil pengukuran
4. Lakukan pengukuran pada benda-benda yang sama dengan menggunakan mikrometer sekrup

Tabel hasil pengukuran:
 
No
Nama Benda
Pengukuran dengan Jangka Sorong
Panjang
Lebar
Banyaknya angka penting
Penulisan hasil pengukuran


























No
Nama Benda
Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup
Panjang
Lebar
Banyaknya angka penting
Penulisan hasil pengukuran

























LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP

Mata Pelajaran               : FISIKA
Kelas/Semester              : X/1
Kompetensi Dasar         : KD 3.1 dan KD 4.1
Tahun Pelajaran             : 2014/2015
Waktu Pengamatan        : Saat Pembelajaran

Indikator sikap aktif dalam melaksanakan pembelajaran
1.     Kurang baik (KB)  jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam pembelajaran
2.    Baik  (B) jika menunjukkan sudah ada  usaha ambil bagian dalam pembelajaran  tetapi belum ajeg/konsisten
3.   Sangat baik (SB)  jika menunjukkan sudah ambil bagian  dalam menyelesaikan tugas kelompok  secara terus menerus dan ajeg/konsisten

Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
1.     Kurang baik (KB)  jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
2.     Baik (B)  jika menunjukkan sudah ada  usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten.
3.     Sangat Baik (SB)  jika menunjukkan adanya  usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1.     Kurang baik (KB) jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
2.     Baik  (B) jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.
3.     Sangat Baik (SB)  jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Bubuhkan tanda (√) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
KELAS       : X IPA 4
NO
NAMA SISWA
SIKAP
AKTIF
KERJASAMA
TOLERAN
KB
B
SB
KB
B
SB
KB
B
SB
1
AGUNG D.









2
ANISYAH K.









3
ARIF R.









4
CHAIRUNISSA  F.









5
DIMAS ADI P.









6
DION SETIAWAN









7
FAIZAL K. P.









8
HANNA M.









9
IIS ISNAWATI









10
INDRI A.









Keterangan:
KB    : Kurang baik
B       : Baik
SB     : Sangat baik

DAFTAR PUSTAKA

B. Hamzah U., Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. 2007
Ellis, J. Ormrod., Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. 2008
Hartinah, Siti., Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Rafika Aditiatma. 2009
Nadlir, dll., Psikologi Belajar. Jakarta: IAIN. 2009
Solso, Robert L., Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga. 2007